Rabu, 13 Mei 2009

BASED LEARNING (PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH)


Pembelajaran berbasis masalah (Based Learning) , merupakan salah satu cara belajar yang efektif sehingga mahasiswa/siswa bisa benar-benar mendapatkan gambaran tentang apa yang dipelajari tanpa harus merasa bosan dibandingkan mereka harus mendengarkan teori dan teori penuh dari dosen di dalam kelas. Dengan pembelajaran berbasis masalah, mahasiswa akan terbiasa menemukan masalah, menganalisisnya, dan kemudian menemukan penyelesaian dari masalah tersebut sehingga ke depannya ketika suatu saat mereka menghadapi masalah yang sama, mereka bisa menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan mudah.

A. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning atau PBL) baru muncul akhir abad ke 20, tepatnya dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980). Model ini muncul sebagai hasil penelitian mereka terhadap kemampuan bernalar mahasiswa kedokteran di McMaster Medical School di Kanada. PBL juga diteliti oleh de Goeij et.al. (1987) di universitas Limburg Belanda dan telah menghasilkan kurikulum berbasis masalah dengan beberapa karakteristik yang menarik di antaranya:
1. dalam 6 minggu pertama dilakukan pembelajaran tematik yang disusun multidisiplin;
2. materi program tersebut bersifat koheren dan memiliki struktur yang komprehensif;
3. program mengandung sifat yang berulang;
4. Selama 4 tahun ada peningkatan kesulitan secara bertahap dari mudah ke yang lebih sulit.
Pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan pembelajaran melalui metode pemecahan masalah (problem solving). Problem solving menuntut mahasiswa secara individual mencari jawaban dari serangkaian pertanyaan berdasarkan informasi yang diberikan dosen. Dipihak lain PBL mengarahkan mahasiswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencari situasi masalah dan melalui pencarian ini diharapkan dapat menguji kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan mereka untuk menentukan informasi mana yang perlu mereka peroleh untuk menyelesaikan dan mengelola situasi yang ada.

Beberapa karakteristik PBL (Barrows and Tamblyn,1980) di antaranya yaitu:
1. kompleks, dalam mengorganisasikan focus pembelajaran tidak ada satu
jawaban yang “benar” seperti keadaan nyata dalam kehidupan.
2. mahasiswa bekerja dalam kelompok-kelompok dalam memecahkan masalah,
3. mengidentifikasi kesenjangan dalam pembelajaran, dan mengembangkan
pemecahan yang mungkin.
4. mahasiswa mengumpulkan informasi baru melalui pembelajaran yang
diarahkannya sendiri (self-directed learning). dosen hanya berperan sebagai fasilitator.
5. permasalahan diarahkan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dalam profesinya.

Dalam rangka memperluas tema, PBL memiliki delapan karakteristik tambahan yaitu:
1. mengakui dasar pengalaman mahasiswa;
2. menekankan pada pertanggungjawaban mahasiswa sendiri terhadap pembelajaran mereka;
3. bersifat lintas disiplin;
4. memadukan teori dan praktek;
5. lebih berfokus pada perolehan proses daripada hasil;
6. perubahan peran dosen dari instruktur menjadi fasilitator;
7. perubahan pola asesmen dari asesmen dosen (tutor’s assessment) menjadi asesmen sendiri (self-assessment) dan asesmen rekan sebaya (peer assessment);
8. berfokus pada keterampilan berkomunikasi interpersonal yang memungkinkan mahasiswa saling menghubungkan pengetahuan yang mereka miliki, yang selanjutnya dapat membekali kemampuan untuk
selalu meningkatkan diri dalam bidang profesinya kelak (Boud, 1985 dalam Baden and Major, 2003).
Menurut Entwistle (1981) PBL selain melaksanakan deep approach dan surface approach, juga memiliki strategic approach yaitu menekankan perolehan nilai tertinggi, mengatur waktu dan membagikan upaya agar dihasilkan efek terbaik, menjamin kondisi dan materi yang mencukupi untuk dipelajari, menggunakan bahan ujian sebelumnya untuk meramalkan pertanyaan-pertanyaan, dan waspada terhadap petunjuk penilaian.

B. Beberapa Pendekatan Program Based Learning

Ada beberapa keunggulan PBL yang ditemukan yaitu dapat memperluas tema, menggunakan pendekatan yang beragam, memperluas filosofis, serta akhir pembelajarannya berujung terbuka.
PBL dapat menggunakan pendekatan yang beragam diantaranya dapat berupa:
1. ‘kasus’ berbasis kuliah, yang pada awalnya memberikan informasi kepada
2. mahasiswa melalui perkuliahan, dan ‘kasus’ digunakan untuk mendemonstrasikan informasi tersebut;
3. perkuliahan berbasis ‘kasus’, yang memulai perkuliahan dengan memberikan kasus yang relevan dengan materi yang akan dibahas terlebih dahulu;
4. metode ‘kasus’, yang memberikan ‘kasus’ yang lengkap kepada mahasiswa untuk diteliti dan dipersiapkan bahan diskusinya pada perkuliahan berikutnya;
5. berbasis ‘kasus’ yang dimodifikasi, ketika mahasiswa harus mempresentasikan beberapa informasi dan diminta untuk menentukan dalam bentuk tindakan atau keputusan yang mereka buat;
6. berbasis masalah, ketika mahasiswa bertemu dengan klien dalam bentuk simulasi yang memungkinkan terjadinya inkuiri bebas;
7. berbasis masalah dengan ruang lingkup tertentu (perluasan ‘kasus’), yang merupakan perluasan metode berbasis masalah dan mahasiswa diminta untuk mempertimbangkan sumber yang mereka gunakan dalam pemecahan masalah untuk mengevaluasi cara mereka berpikir secara lebih efektif melalui masalah.


C. Bidang dan Efek Pembelajaran Based Learning

Sebagai perluasan filosofis maka PBL mencakup tiga bidang yang luas, yaitu:
1. menggunakan organisasi kurikulum disekitar masalah, karena itu lebih bersifat kurikulum terintegrasi dan menekankan pada keterampilan kognitif;
2. kondisi yang difasilitasi oleh PBL berupa belajar dalam kelompok-kelompok kecil, tutorial, dan belajar aktif;
3. hasil belajar yang difasilitasi oleh PBL berupa pengembangan keterampilan dan motivasi, seiring dengan pengembangan kemampuan belajar sepanjang hayat. Karena PBL lebih memfasilitasi inkuiri terbuka, maka pembelajaran ini berujung terbuka pula.
Hal ini disebabkan beragamnya kemungkinan melaksanakan PBL dengan membentuk perpaduan dan saling keterkaitan secara bebas antara PBL dengan project-based learning, problem-solving learning, action and work-based learning. Ada 8 modus kurikulum dalam pelaksanaan PBL, yaitu single module approach, PBL on a shoestring, the funnel approach, the foundational approach, the two-strand approach, patchwork PBL, the integrated approach, the complexity model.

Efek kognitif pada Pembelajaran berbasis masalah
Kecakapan dan struktur pengetahuan di PBL adalah gagasan untuk bekerja pada efek kognitif berikut:
1. Analisis awal masalah dan aktifasi pengetahuan utama di kelompok diskusi kecil
2. Perluasan pengetahuan dasar dan memproses informasi baru secara aktif.
3. Mestruktur kembali pengetahuan, konstruksi jaringan semantik
4. Konstruksi pengetahuan sosial
5. Pembelajaran pada inti masalah
6. Rangsangan atau pendorong keingintahuan sehubungan dengan presentasi masalah yang relevan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar