Selasa, 09 Juni 2009

ARTI PENDIDIKAN DAN BATAS-BATAS PENDIDIKAN

A. Arti Pendidikan

Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia berada di muka bumi ini. Adanya pendidikan ini adalah setua dengan adanya kehidupan manusia itu sendiri. Dengan perkembangan peradaban manusia, berkembang pula isi dan bentuk termasuk perkembangan penyelenggaran pendidikan. Ini sejalan dengan kemajuan manusia dalam pemikiran dan ide-ide tentang pendidikan.

Menurut Suroso Prawiroharjo, salah satu konsep tentang pendidikan yang banyak diajarkan di lembaga pendidikan guru adalah yang menggambarkan pendidkan sebagai bantuan pendidik untuk membuat peserta didik dewasa, artinya kegiatan pendidik berhenti, tidak diperlukan lagi apabila kedewasan telah tercapai. Konsep ini kemudian secara operasional dierjemahkan sedemikian rupa sehingga pendidikan disamakan dengan persekolahan dan ia diartikan member bekal pengetahuan kepada peserta didik yang dapat dipergunakan untuk menghadapi masa depannya. Konsep inilah yang dominan sehingga pembaruan isi kurikulum ditambah, dikurangi, diubah urutannya, dimuktahirkan dan sebagainya.

Pendidikan merupakan bagian dari proses kebudayaan. Yang senantiasa menghadapi tantangan zaman. Pendidkan merupakan proses yang tidak akan pernah final selama sejarah kebudayan manusia belum memasuki tahap finalnya yang tuntas. Semakin berkembang peradaban manusia, semakin berkembang pula permasalahan yang dihadapi pendidikan, sehingga semakin menuntut kemajuan manusia dalam pemikiran-pemikiran yang sistematik tentang pendidikan..
Peranan pendidikan dalam drama kehidupan dan kemajuan umat manusia semakin penting. Ini berkaitan dengan semakin perlunya bagi manusia pada umumnya dan pendidik khusunya untuk senantiasa mengembangkan pemahaman yang terus mengenai pendidikan.
Pendidikan sendiri pada dasarnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, niali-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat, dari generasi ke generasi. Dan pendidikan sangat bermakna bagi kehidupan individu, masyarakat dan suatu bangsa.

Adapun mengenai unusr-unsur yang esensial yang tercakup dalam pengertian pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Dalam pendidikan terkandung pembianaan, pengembangan, peningkatan serta tujuan (ke arah mana peserta didik akan diharapkan dapat mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin).
2. Dalam pendidikan, secara implicit terjalin hubungan antara dua pihak yaitu pihak pendidik dan pihak peserta didik, yang di dalam hubungan itu berlainan kedudukan dan peranan setiap pihak.
3. Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh.
4. Aktivitas pendidikan dapat berlangsung dalam keluarga, dalam sekolah dan dalam masyarakat.

Dari uraian di atas secara implicit terkandung betapa besar nilai pendidikan bagi individu, masyarakat dan suatu bangsa karena pendidikan sangat berguna untuk:
1. Membentuk pribadi-pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepercayaan diri, disiplin dan tanggung jawab mampu mengungkapkan dirinya melalui media yang ada, mampu melakukan hubungan manusia dan menjadi warga negara yang baik.
2. Membentuk tenaga pembangun yang ahli dan terampil serta dapat meningkatkan produktivitas, kualitas dan efisiensi kerja.
3. Melestarikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan negara.
4. Mengembangkan nilai-nilai baru yang dipandang serasi oleh masyarakat dalammenghadapi tantangan ilmu,teknologi, dan dunia modern.
5. Merupakan jembatan masa lampau, masa kini dan masa depan.

B. Batas-Batas Pendidikan

Pendidikan sebagai gejala manusiawi dan sekaligus sebagai upaya sadar untuk membantu seseorang dalam mengaktualisasikan dirinya, tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan itu terdapat pada peserta didik, pendidik, interaksi pendidikan, serta lingkungan dan sarana pendidikan.

1. Batas-Batas Pendidikan pada Peserta Didik
Peserta didik sebagai manusia dapat memiliki perbedaan dalam kemampuan, bakat, minat, motivasi, watak, ketahanan, semangat, dan sebagainya. Dalam berbagai cirri itu ada peserta didik yang kebih unggul dari peserta didika yang lain. Keadaan tersebut dapat membatasi kelangsungan dan hasil pendidikan.

2. Batas-Batas Pendidikan pada Pendidik
Sebagai manusia biasa, pendidik memiliki keterbatasan-keterbatasan. Keterbatasan yang sifatnya relative, pada umumnya masih dapat ditolerir, dengan catatan bahwa si pendidikyang bersangkutan senantiasa berupaya mengurangi atau menanggulangi keterbatasannya.
Keterbatasan dalam interaksi pendidik dapat terjadi karena bahasa yang dipakai oleh pendidik sebagai alat komunikasi yang berisi simbol-simbol abstrak kadang-kadang tidak dapat dimengerti oleh peserta didik sehingga komunikasi tidak berjalan baik. Tugas pendidik dalam hal ini adalah berusaha mengurangi pembatas komunikasi itu dengan menggunakan kata-kata yang benar sesuai dengan tingkat perbendaharaan bahasa peserta didik. Di samping faktor bahasa yang dipakai, ada juga faktor lain yang menimbulkan jarak antara pendidik dengan peserta didik, yaitu hal-hal yang bersifat psikologis.

3. Batas-Batas Pendidikan dalam Lingkungan dan Sarana Pendidikan
Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan sumberyang dapat menetukan kualitas dan berlangsungnya usaha pendidikan. Dapat dilihat adanya lingkungan yang bersifat fisik, social dan budaya yang semuanya berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap usaha pendidikan.

Pada hakekatnya, berbagai keterbatasan yang dikemukakan di atas akan berkurang pengaruhnya apabila pendidik mampu berbuat sesuatu yang dengan sengaja memperkecil pengaruh yang dimaksud. Untuk itu semua tentu memerlukan keuletan dan ketangguhan serta pengabdian yang tinggi dari para pendidik.

Senin, 08 Juni 2009

URGENSI MEMAHAMI HAKIKAT MANUSIA

A. Pengertian Manusia

Secara factual, kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia. Dengan pendidikan, diharapkan manusia dapat meningkat dan berkembang seluruh atau bakat alamiahnya sehingga menjadi manusia yang relative lebih baik, lebih berbudaya dan lebih manusiawi. Agar kegiatan pendidikan lebih terarah sehingga nantinya dapat berdaya guna dan berhasil guna maka diperlukan pemahaman yang reltif utuh dan komprehesif tentang hakekat manusia.

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang pandai bertanya, bahkan ia mempertanyakan dirinya sendiri, keberadaannya dan dunia seluruhnya. Banyak sekali definisi tentang manusia, itu membuktikan bahwa manusia adalah makhluk multi dimensional, manusia memiliki banyak wajah. Pemikiran tentang manusia memiliki banyak pola pemikiran, yakni pola pemikiran biologis, pola pemikiran psikologis, pola pemikiran social budaya, dan pola pemikiran teologis.

1. Manusia menurut pola pemikiran biologis
Menurut pola pemikiran ini, manusia dan kemampuan kreatifnya dikaji dari struktur fisiologisnya. Portmann yang berpendapat bahwa kehidupan manusia merupakan sesuatu yang bersifat sui generis meskipun terdapat kesamaan –kesamaan tertentu dengan binatang. Dia menekankan aktifitas manusiayang khas yakni bahasanya, posisi vertical tubuhnya, dan ritme pertumbuhannya. Semua sifat ini timbul dari kerja sama antara proses keturunan dan proses social budaya. Menurut pola ini, manusia dipahami dari sisi internalitas, yaitu manusia sebagai pusat kegiatan intern yang menggunakan bentuk lahiriah tubuhnya untuk mengekspresikan diri dalam komunikasi dengan sesamanya.

2. Manusia menurut pola psikologis
Kekhasan pola ini adalah perpaduan antara metode-metode psikologis eksperimental dan suatu pendekatan filosofis tertentu, misalnya fenomenologi. Tokoh-tokoh yang berpengaruh besar pada pola ini antara lain Ludwig Binswanger, Erwin Straus dan Erich Fromm. Dari ketiga pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa Freud dengan pandangan psikoanalisisnya lebih menekankan pada faktor internal manusia, sementara pandangan behaviorisme lebih menekankan faktor eksternal. Seangkan pandangan psikologi humanistic lebih menekankan kemampuan manusia untuk mengarahkan dirinya, baik karena pengaruh eksternal ataupun internal. Hal ini menunjukkan manusia tidak serta merta atau otomatis melakukan suatu tindakan berdsarkan desakan faktor internal, karena desakan faktor internal saja bisa ditangguhkan pelaksanaannya. Begitu juga manusia tidak serta merta melakukan tindakan karena mendapatkan rangsangan dari luar (eksternal). Manusia dapat mengabaikannya, bahkan dia dapat memutuskan sesuatu yang berbeda dengan desakan faktor eksternal.

3. Manusia menurut pola pemikiran social-budaya
Manusia menurut pola pemikiran ini tampil dala dimensi social budaya dan kebudayaannya, dalam hubungannya dengan kemampuannya untuk membentuk sejarah. Menurut pola ini , kodrat manusia tidak hanya mengenal satu bentuk yang uniform melainkan berbagai bentuk. Menurut Erich Rothacker, meskipun orang menciptakan dan mengembangkan lingkup kebudayaan nasionalnya, kemungkinan-kemungkinan pelaksanaan dan pengembangannya sudah ditentukan, karena semuanya itu sudah terkandung dalam warisan ras. Tokoh lain yang berpendapat yaitu Ernst Cassirer, dia berpendapat bahwa manusia adalah animal symbolicum yakni makhluk yang pandai membuat, memahami dan menggunakan symbol. Ia juga berpendapat bahwa cirri utama manusia bukanlah kodrat fisik atau kodrat metafisiknya, melainkan karyanya. Karyanyalah, sistem-sistem kegiatan manusiawilah yang menentukan dan membatasi manusia.

4. Manusia menurut pola pemikiran religious
Pola pemikiran ini bertolak dari pandangan manusia sebagai homo religious. Salah satu tokohnya adalah Mircea Eliade, Eliade mempertentangkan antara homo religious dengan homo non-religiosus, yaitu manusia yang tidak beragama, manusia modern yang hidup di alam yang sudah didekralisasikan, bulat-bulat ilmiah, apa adanya, yang dirasa atau yang dialami tanpa sakralitas. Bagi manusia yang tidak religious, kehidupan ini tidak sacral lagi, melainkan profane saja. Manusia adalah makhluk yang serba butuh hal-hal yang fisik dan rohani. Adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut menunjukkan manusia adalah makhluk yang belum selesai, artinya untuk memenuhi segala kebutuhannya ia harus bekerja dan berkarya.

B. Wujud Sifat Hakekat Manusia

Menurut kaum eksistensial, wujud sifat hakekat manusia meliputi :

1. Kemampuan menyadari diri, yakni bahwa manusia itu berbeda dengan makhluk lain, karena manusia mampu mengambil jarak dengan objeknya termasuk mengambil jarak terhadap dirinya sendiri.
2. Kemampuan bereksistensi, yaitu dengan kemampuan mengambil jarak dengan objeknya berate manusia mampu menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya.
3. Kata hati, adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik dan buruk bagi manusia sebagai manusia.
4. Tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung akibat dari perbuatan yang menuntut jawab.
5. Rasa kebebasan, adalah perasaan yang dimiliki oleh manusia untuk tidak terikat oleh sesuatu selain terikat sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Manusia bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodratnya sebagai manusia.
6. Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang muncul sebagai manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial. Keduanya tidak dapat dilepaskan satu sama lain, karena yang satu mengandalkan yang lain.
7. Kemampuan menghayati kebahagiaan, bahwa kebahagiaan manusia itu tidak terletak pada keadaannya sendiri secara faktual, atau pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya, tetapi terletak pada kesanggupannya menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa dan mendudukkan hal tersebut dalam rangkaian atau ikatan tiga hal, yaitu usaha, norma, dan takdir.

C. Unsur-Unsur Hakekat Manusia

Manusia menurut Notonagoro adalah makhluk monopluralis, maksudnya makhluk yang memiliki banyak unsure kodrat (plural), tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh (mono). Jadi, manusia terdiri dari banyak unsur kodrat yang merupakan satu kesatuan utuh. Dilihat dari sifat kodratnya, manusia juga sebagai makhluk monodualis, yakni terdiri dari unsur individual dan unsur social (dualis), tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh (mono).

D. Dimensi-Dimensi Kemanusiaan

Manusia adalah makhluk berdimensi banyak, yakin di antaranya :

1. Dimensi Keindividualan
Bahwa setiap individu memiliki keunikan. Tidak ada individu yang identik dengan orang lain di dunia ini. Karena adanya individualitas ini maka setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
2. Dimensi Kesosialan
Bahwa setiap manusia dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk hidup bersama dengan orang lain. Manusia dilahirkan memiliki potensi sebagai makhluk social. Sebagai makhluk social, manusia saling berinteraksi.
3. Dimensi Kesusilaan
Manusia ketika dilahirkan bukan hanya dikaruniai potensi individualitas dan sosialitas, melainkan juga potensi moralitas atau kesusilaan. Maksudnya bahwa dalam diri manusia ada kemampuan untuk berbuat kebaikan.
4. Dimensi Keberagamaan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk religious yang sadar dan meyakini akan adanya kekuatan supranatural di luar dirinya, sebutan itu salah satu di antaranya adalah Tuhan. Sebagai orang yang beragama, manusia meyakini bahwa Tuhan telah mewahyukan kepada manusia pilihan yang disebut Rosul. Yang dengan wahyu Tuhan tersebut, manusia dibimbing kea rah yang lebih baik, lebih sempurna dan lebih bertaqwa.
5. Dimensi Kesejarahan
Manusia tidak identik dengan sebuah organism yang kehidupannya lebih dari sekedar peristiwa biologis semata. Keunikan hidup manusia ini tercermin dala keunikan setiap biografi dan sejarah. Dimensi kesejarahan ini bertolal dari pandangan bahwa manusia adalah makhluk historis, makhluk yang mampu menghayati hidup di masa lampau, masa kini, dan mampu membuat rencana-rencana di masa yang akan dating. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang menyejarah.

Senin, 01 Juni 2009

MARKETING PLAN & BUSINESS PLAN

FORMAT MARKETING PLAN

Marketing Plan memuat hal-hal sebagai berikut :

1. Analisa situasi (S.W.O.T)

S : Strengh/ Kekuatan

W : Weakness/ Kelemahan

O : Opportunity/ Peluang

T : Threat/ Ancaman

Pebisnis harus menganalisa keadaan intern dan ekstern perusahaannya. Keadaan intern meliputi gambaran terakhir serta analisis jumlah yang diperoleh. Melakukan analisa sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

Keadaan ekstern yang perlu diperhatikan adalah keadaan makro yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan. Analisis makro ini meliputi keadaan politik, ekonomi,sosial, budaya. Analisis intern dan ekstern tersebut dilengkapi lagi dengan analisis S.W.O.T

2. Tujuan Pemasaran (Marketing Objectives)

Tujuan pemasaran perusahaan beraneka ragam sesuai dengan kepentingan perusahaan masing – masing. Sebagai contoh dapat dikemukakan tujuan pemasaran, mempertahankan posisi perusahaan sebagai market leader, atau memperluas penguasaan market.

3. Strategi Inti (Core Strategy)

Merupakan alternatif strategi yang terpilih dalam decision making. Untuk menghasilkan strategi inti ini dibutuhkan pemikiran mendalam didukung oleh data dan fakta sehingga dapat dirumuskan secara tajam

4. Jadwal Pelaksanaan (Action Plan)

Action plan lebih banyak, sebab disini dielaborasi lebih rinci. Jika

strategi inti yang ingin dilaksanakan berupa pengembangan produk, maka harus dijabarkan model, bahan, mutu,kemasan, dsb

Action plan harus dapat menjawab beberapa pertanyaan :

- What, apa tugas yang harus dilakukan?

- Who, siapa orang yang harus bertugas dan bertanggung jawab?

- When, kapan pekerjaan harus dilaksanakan dan harus selesai?

- Where, jika diperlukan dimana percobaan pasar akan dilakukan?

- How, bagaimana cara melaksanakan tugas tersebut?

5. Anggaran Pemasaran (Marketing Budget)

Didalam marketing budget dengan jelas harus dinyatakan besar biaya yang diperlukan, jenis kegiatan pemasaran untuk berbagai teknikpromosi, melakukan riset pemasaran, dsb

6. Pengawasan (Control)

Untuk semua implementasi marketing plan harus dilakukan pengawasan. Pengawasan dilakukan dengan membaca dan mempelajari laporan tertulis dari pelaksana ataupun hasil observasi. Jika terjadi penyimpangan atau kendala dalam pelaksanaan, maka harus segera diambil tindakan perbaikan


BUSINESS PLAN

I. Bentuk Formal Business Plan

1) Halaman Depan

Dicantumkan nama dan alamat perusahaan, nama orang yang bertanggung jawab yang bisa dihubungi sewaktu-waktu

2) Daftar Isi

Membuat daftar isi secara rinci dengan nomer-nomer halamannya

3) Rangkuman eksekutif

Sangat penting karena pembaca ingin melihat secara cepat ttg isi keseluruhan business plan. Rangkuman ini merupakan inti dari perencanaan.

4) Penjelasan tentang Perusahaan

Diungkapkan strategi perusahaan serta tim manajemen yang mengelola perusahaan

5) Pemasaran

Diungkapkan pasar yang dituju seberapa besar potensi pasar dan berbagai strategi serta ramalan tentang target konsumen dimasa yang akan datang

6) Barang dan jasa yang dihasilkan

Diungkapkan mengenai kualitas, kuantitas dan kegunaan dan keistimewaan barang dan jasa yang ditawarkan

7) Usaha meningkatkan penjualan

Dijelaskan tentang berbagai teknik promosi yang akan digunakan, tenaga penjualan, perwakilan-perwakilan penjualan, dsb

8) Permodalan

Diungkapkan rencana permodalan dan proyek permodalan neraca pendahuluan, aliran kas, dan pendapatan

9) Apendix

Dilampirkan berbagai keterangan yang diperlukan untuk melengkapi business plan. Misalnya akte pendirian perusahaan, SIUPP, sertifikat, dsb


II. OUTLINE Business Plan

I. Pendahuluan

- Nama dan alamat Perusahaan

- Nama dan alamat Pemilik

- Nama dan alamat penanggungb jawab

- Informasi tentang bisnis yang dilaksanakan

II. Rangkuman eksekutif; lebih kurang 3 halaman yang menjelaskan secara komplit isi business plan.

III. Analisis Industri

- Prespektif masa depan industri

- Analisis persaingan

- Segmen pasar yang dimasuki

- Ramalan produk yang dihasilkan

IV. Deskripsi tentang Usaha

- Produk yang dihasilkan

- Jasa pelayanan

- Ruang lingkup usaha

- Personalia dan perlengkapan kantor

- Latar belakang identitas pengusaha

V. Rencana produksi

Untuk pabrik/industri

VI. Rencana Pemasaran

- Penetapan harga

- Pelaksanaan distribusi

- Promosi yang akan dilakukan

- Pengembangan produk

VII. Perencanaan organisasi

Bentuk kepemilikan dan struktur organisasi

- informasi tentang partner

- Uraian tentang kekuasaan

- Latar belakang anggota tim manajemen

- Peranan dan tanggung jawab personalia dalam organisasi

VIII. Resiko

- Evaluasi tentang kelemahan bisnis

- Gambaran teknologi

IX. Perencanaan Permodalan

Neraca permulaan perusahaan

- Proyeksi aliran kas

- Analisa titik impas

- Sumber-sumber permodalan

X. Appendix

- Surat-surat

- Data penelitian pasar

- Surat-surat kontrak dan dokumen perjanjian lainnya

- Daftar harga dari pemasok barang


Contoh Business Plan Untuk Usaha Baru dan Pengembangan usaha

I. Latar Belakang

Latar belakang pendirian perusahaan, keadaan persaingan, terbukanya peluang usaha fasilitas yang dimiliki, dan prospek usaha

II. Identitas Pemilik

Nama dan identitas pemilik

III. Data Perusahaan

Dicantumkan nama dan data-data perusahaan

IV. Aspek produksi

Jenis dan jumlah mesin yang digunakan, kapasitas produksi, dan lain-lain

V. Aspek Pemasaran

Sistem distribusi, sistem pembayaran, konsumen sasaran, wilayah pemasaran, penguasaan dan segmentasi pasar, keuntungan, dll

VI. Aspek keuangan

Kebutuhan rata-rata perbulan, untuk pembelanjaan, dan bahan baku, kebutuhan modal, dsb.

Minggu, 31 Mei 2009

Population and the Environment: The Global Challenge

As the century begins, natural resources are under increasing pressure, threatening public health and development. Water shortages, soil exhaustion, loss of forests, air and water pollution, and degradation of coastlines afflict many areas. As the world’s population grows, improving living standards without destroying the environment is a global challenge.

Most developed economies currently consume resources much faster than they can regenerate. Most developing countries with rapid population growth face the urgent need to improve living standards. As we humans exploit nature to meet present needs, are we destroying resources needed for the future?

Environment getting worse

In the past decade in every environmental sector, conditions have either failed to improve, or they are worsening:

  • Public health:
    Unclean water, along with poor sanitation, kills over 12 million people each year, most in developing countries. Air pollution kills nearly 3 million more. Heavy metals and other contaminants also cause widespread health problems.
  • Food supply:
    Will there be enough food to go around? In 64 of 105 developing countries studied by the UN Food and Agriculture Organization, the population has been growing faster than food supplies. Population pressures have degraded some 2 billion hectares of arable land — an area the size of Canada and the U.S.

  • Freshwater:
    The supply of freshwater is finite, but demand is soaring as population grows and use per capita rises. By 2025, when world population is projected to be 8 billion, 48 countries containing 3 billion people will face shortages.

  • Coastlines and oceans:
    Half of all coastal ecosystems are pressured by high population densities and urban development. A tide of pollution is rising in the world’s seas. Ocean fisheries are being overexploited, and fish catches are down.

  • Forests:
    Nearly half of the world’s original forest cover has been lost, and each year another 16 million hectares are cut, bulldozed, or burned. Forests provide over US$400 billion to the world economy annually and are vital to maintaining healthy ecosystems. Yet, current demand for forest products may exceed the limit of sustainable consumption by 25%.
  • Biodiversity:
    The earth’s biological diversity is crucial to the continued vitality of agriculture and medicine — and perhaps even to life on earth itself. Yet human activities are pushing many thousands of plant and animal species into extinction. Two of every three species is estimated to be in decline.

  • Global climate change:
    The earth’s surface is warming due to greenhouse gas emissions, largely from burning fossil fuels. If the global temperature rises as projected, sea levels would rise by several meters, causing widespread flooding. Global warming also could cause droughts and disrupt agriculture.

Toward a livable future

How people preserve or abuse the environment could largely determine whether living standards improve or deteriorate. Growing human numbers, urban expansion, and resource exploitation do not bode well for the future. Without practicing sustainable development, humanity faces a deteriorating environment and may even invite ecological disaster.

  • Taking action:
    Many steps toward sustainability can be taken today. These include: using energy more efficiently, managing cities better, phasing out subsidies that encourage waste, [etc.]
  • Stabilizing population:
    While population growth has slowed, the absolute number of people continues to increase — by about 1 billion every 13 years. Slowing population growth would help improve living standards and would buy time to protect natural resources. In the long run, to sustain higher living standards, world population size must stabilize.If every country made a commitment to population stabilization and resource conservation, the world would be better able to meet the challenges of sustainable development. Practicing sustainable development requires a combination of wise public investment, effective natural resource management, cleaner agricultural and industrial technologies, less pollution, and slower population growth.

Conclusion

If every country made a commitment to population stabilization and resource conservation, the world would be better able to meet the challenges of sustainable development. Practicing sustainable development requires a combination of wise public investment, effective natural resource management, cleaner agricultural and industrial technologies, less pollution, and slower population growth.

Worries about a “population bomb” may have lessened as fertility rates have fallen, but the world’s population is projected to continue expanding until the middle of the century. Just when it stabilizes and thus the level at which it stabilizes will have a powerful effect on living standards and the global environment. As population size continues to reach levels never before experienced, and per capita consumption rises, the environment hangs in the balance.

Source : Don Hinrichsen and Bryant Robey

Rabu, 27 Mei 2009

Selamatkan Bumi Mulai Hari Ini !!!!!!

Tips-Tips Sederhana Menyelamatkan Bumi

Yakinkan bahwa penduduk bumi akan terus bertambah. Yakinkan pula sumber daya alam makin terus berkurang. Lalu, apa jadinya sekian puluh atau sekian ratus tahun kemudian? Mungkin semua sepakat, pada saat itu dunia makin tak nyaman sebagai tempat tinggal. Penduduk bumi makin beringas saling berebut kehidupan.

PEMANASAN bumi atau global warming terus menghantui manusia. Pasalnya perubahan iklim terus terjadi. Sebab itu, manusia kini giat melakukan gerakan penghijauan dengan menanam pohon dan stop pembalakan liar hutan-hutan.

Tidak perlu ikut menjadi aktivis Greenpeace atau apapun itu demi menjadi seorang pecinta lingkungan.

Di saat pemanasan global kian menggila, polusi merajalela, cuaca tak beraturan seperti sekarang, memang selayaknya setiap orang menjadi pecinta lingkungan.

Bagaimana caranya? Mudah saja. Berikut LiveScience memberi 10 tips melindungi bumi dari kehancuran. Semuanya adalah cara-cara sederhana yang dapat kita mulai dari hari ini. Apa saja itu?

1. Gunakan bola lampu jenis flurosen alias Fluorescent Lights (CFLs).

Lampu ini memang lebih mahal ketimbang lampu bohlam biasa. Tapi daya tahannya 10 kali lipat lebih lama dan yang pasti lebih hemat energi. Ini bukan iklan. Studi membuktikan bila lampu CFL menyerap energi 75 persen lebih sedikit daripada nola lampu kuning terang benderang biasa. Dalam setahun CFL mampu mengurangi produksi karbon dioksida hingga 500 pon. Ini setara dengan polusi yang dihasilkan 17 mobil di jalan raya selama satu tahun!

2. Hemat listrik di rumah.

Petuah klasik yang tak pernah ketinggalan zaman. Justru kian lama petuah ini kian dibutuhkan realisasinya, bukan sekadar teori. Padamkan lampu di siang hari. Matikan AC saat ruangan tak dihuni. Asal tahu saja rata-rata setiap rumah menghasilkan emisi gas rumah kaca dua kali lipat dari yang diproduksi sebuah mobil. Jadi jangan karena tidak mengeluarkan asap hitam dari knalpot mobil Anda maka Anda sudah merasa sebagai pahlawan lingkungan.

3. Jangan Gunakan plastik.

Sebisa mungkin hindari pemakaian plastik. Tas plastik memang banyak dipakai pasar swalayan maupun tradisional dalam mengemas belanjaan. Ada baiknya kita membawa tas kain atau kertas sendiri dari rumah dan menolak dengan halus tas plastik dari penjual. Mengapa? Plastik bukan bahan yang dapat hancur dengan sendirinya di pembuangan sampah. Sejumlah kandungan dalam bahan tersebut justru merusak kesuburan hayati tanah.

4. Maksimalkan penggunaan komputer.

Memang di era kini sudah jarang orang berkirim surat melalui pos. Tapi jangan salah, masih banyak perkantoran maupun pribadi yang lebih suka menyimpan dokumen atau surat-surat secara tradisional, yakni dengan dicetak di atas kertas. Memang ada beberapa surat berharga yang tak bias tergantikan dengan surat elektronik. Namun selama sebuah dokumen dapat disimpan secara elektronik di komputer, usahakan lakukan itu. Asal tahu saja, kertas yang kita pakai telah sukses menggunduli hutan akibat perusahaan kertas telah menebang pohon-pohon sebagai bahan dasarnya.

5. Beli produk lokal.

Hentikan membeli produk pangan impor. Dengan mengonsumsi apa yang ada di dekat kita, maka kita berperan dalam mengurangi polusi dan pemborosan energi. Mengapa harus mengimpor daging sapi dari Australia jika sapi lokal tak kalah lezatnya. Bayangkan berapa energi dihasbiskan dan polusi dihasilkan dari sekadar mendatangkan sosis Eropa atau keju Belanda ke meja makan Anda. Sebagai informasi, anggur dari Napa Valley harus mengarungi jarak sejauh 2.143 mil demi berada di pasar swalayan Chicago .

6. Praktikan prinsip 3 R

Reduce, Reuse, Recycle. Kurangi konsumsi, gunakan kembali barang bekas yang masih bisa dimanfaatkan, dan daur ulang bahan tertentu. Mengucapkannya memang mudah, tapi tidak menjalankannya. Hanya sekali memulai, kita akan terbiasa.

7. Pelan-pelan singkirkan energi tak terbarukan.

Agak sulit memang jika tak didukung dengan ketersediaan produk dan infrastruktur. Tapi bukan berarti tak mungkin. Kalau ada pilihan dimana kita bias menikmati listrik dengan sumber sinar matahatri atau angin, mengapa tidak? Lebih bersih dan hemat energi.

8. Bunuh produk penghisap listrik

Tanpa disadari, kita terus menerus membeli dan mengngunakan produk yang menghamburkan energi. Televisi (TV) adalah salah satunya. Tanpa sadar sebuah keluarga kerap menyalakan TV tanpa henti 24 jam walau tidak ditonton. Begitu juga komputer, DVD player dan charger ponsel yang terus terhubung ke colokan listrik.

9. Kurangi pemakaian bahan kimia.

Bahan kimia bukanlah bahan alami. Seperti bahan buatan lainnya, bahan ini tak dapat lebur dengan sendirinya dan meninggalkan efek buruk pada kehidupan. Pestisida, obat nyamuk dan sejumlah bahan pembersih ruangan mengandung aneka komponen kimia yang tanpa sadar ikut kita hirup seumur hidup kita. Bahkan pangan sayur dan buah pun ikut membawanya ke dalam tubuh kita. Cara mengatasinya? Maksimalkan konsumsi bahan-bahan alami, termasuk sayuran organik.

10. Hijaukan rumah Anda!

Banyak di antara kita yang mengaku cinta lingkungan, cinta penghijauan, namun faktanya nyaris tak pernah menanam apapun di halaman rumahnya. Oke jika Anda tak punya halaman rumah. Setidaknya usahakan Anda memberi kesempatan bagi tumbuhan untuk hidup di sekitar. Tanaman gantung atau hidroponik cukup membantu bagi Anda yang tinggal di apartemen, rumah susun atau kos.

Kamis, 14 Mei 2009

EKONOMI ISLAM DENGAN EKONOMI KONVENSIONAL


Membandingkan antara Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional

Pengantar

Secara asasnya, ekonomi Islam adalah = perniagaan + zakat - riba’. Ia disebut jelas dalam Al-Quran:

“Allah menghalalkan perniagan dan mengharamkan riba’. (Al-Baqarah : 275)

Bila disebut riba’ maka ketahuilah ada 2 jenis riba’., yaitu riba’ an-Nasi’ah / jahiliyyah dan juga riba’ al-fadl.

Namun, apa yang berlaku hari ini adalah riba’ jahiliyyah menguasai ekonomi dunia menerusi dana-dana pemodal yang menguasai institusi keuaangan dan perbankan. Sedangkan asas ekonomi Islam tidaklah begitu.

Namun, membangun ekonomi Islam dengan cara membangun sistem ekonomi yang telah dimiliki ekonomi ortodok merupakan dampak tersanderanya logika ekonomi Islam untuk mengikuti pola perkembangan ekonomi ortodok di berbagai aspek. Padahal ekonomi Islam dan ekonomi ortodok tidak bisa diperbandingkan karena kedua memiliki perbedaaan dasar. Oleh karena itu ekonomi Islam tidak bisa mengikuti pola perkembangan ekonomi ortodok. Adapun perbedaan yang mendasar antara ekonomi Islam dan ekonomi ortodok adalah sebagai berikut:

Sumber hukum yang berbeda

Sumber hukum ekonomi Islam adalah al quran dan al hadist. Al quran merupakan wahyu Allah yang diturunkan melalui Jibril kepada Muhammad SAW untuk disampaikan pada manusia. Hadist merupakan ucapan dan tindakan Rasulullah sebagai manusia pilihan Allah untuk menjadi utusannya. Al quran dan al hadist memiliki nilai universal yang tidak hanya berisikan kaidah ekonomi namun segenap dimensi kehidupan manusia, tidak saja menjelaskan kehidupan di masa Rasulullah SAW tetapi juga menjelaskan kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan manusia di dunia.

Ilmu ekonomi ortodok yang tidak di dasarkan atas wahyu lebih banyak mengunakan konteks masalah dimana pemikiran ekonomi tersebut hidup. Mereka mengunakan teori yang berasal dari asumsi-asumsi yang dibangun oleh sejarah pada waktu teori tersebut ditemukan. Maka karakter pemikiran-pemikiran ekonomi ortodok sangat dipengaruhi oleh latar beakang kehidupan mereka, seperti the Wealth of Nation yang disusun Adam Smith menunjukan pengaruh filsafat hukum kodrat dalam pemikirannya. [4] Demikian juga pengaruh latar belakang birokrasi yang mempengaruhi John M Keynes dalam menyusun bukunya the General Theory, demikian juga dengan pemikiran ekonomi ortodok yang lain yang menjadi sumber hukum ekonomi lainnya.

Pemikiran ekonom-ekonom Barat—demikian juga dengan ekonomi Muslim— bias terhadap sejarah hidup mereka. Maka untuk menjadi dari sumber hukum ekonomi secara umum karena ilmu ekonomi cenderung berkembang dari waktu ke waktu sehingga dibutuhkan sumber hukum yang mampu mengakomodasi berbagai perubahan-perubahan tersebut. Al quran sebagai wahyu Allah SWT sebagai sumber hukum ekonomi karena Allah SWT pemilik kebenaran dari segala kemungkinan kecenderunga atas semua perbuatan manusia.

Lahir pada waktu yang berbeda.

Ekonomi Islam lahir sejak Rasulullah SAW (569-632) menyebarkan ajaran Islam pada masyarakat Mekah dan Madinah,[5] kemudian di lanjutkan oleh khulafaurashidin yang membangun pemerintahan selama 29 tahun, dari 632 sampai 661 masehi. Seterusnya di lanjutkan oleh bani Umayah dari tahun 661 sampai 750, muncul ekonomi Zayd bin Ali (738). Di masa bani Abbasiyah dari 7 tahun, dari 750 sampai 1258 masehi muncul ekonomi muslim seperti Abu Hanifah (767); Al-Awza’I (774), Imam Malik (Madinah:796) ; Abu Yusuf (798); Muhammad bin Hasan al-Shaibani (804) dan sebagainya. Akhirnya pada abad 11 muncul ekonom muslim yang cukup populer seperti, ibnu Khaldum (1040) Al Ghazali (1111) sampai Shah Waliullah (1762).[6]

Melalui transformasi pengetahuan akhirnya pengetahuan Islam bisa masuk ke Barat lewat Spanyol, Andalusia, Sisillia.[7] Perkembangan pemikiran ekonomi Barat mulai tumbuh pada abad 12 yang dimulai munculnya pemikiran ekonomi paham Scholastik (12-15) dengan tokohnya Thomas Aquinas. Dimana pada saat itu pusat pengetahuan ada di kalangan pendeta sebagai pemegang legitimasi pengetahuan. Merkantilis (1500-1770) dengan tokohnya Thomas Mun, Malynes, Davenant, Colbert dan Petty. Psiokratis (1756-1776) dengan tokohnya Quesnay dan Turgot. Kemudian disusul dengan ekonom klasik Adam Smith (1776) Krisis ekonomi pada 1930 memicu perubahan dunia akan pemikiran ekonomi klasik dengan munculnya. JM Keynes melalui General Theory of Employment, Interets and Money (1936) sebagai antitesis dari pemikiran Adam Smith yang pro pasar Seterusnya muncul varian-varian baru dalam pemikiran ekonomi sebagai kritik atas keberadaan ekonomi mainstrem [8]

Kemunculan ekonomi Islam bukan karena ekonomi ortodok, karena sejarah membuktikan bahwa kemunculan ekonomi Islam sejak Rasulullah SAW hidup. Ekonomi Islam merupakan bagian integral ajaran Islam, bukan dampak dari sebuah keadaan yang memaksa kemunculannya, jadi bukan karena ekonomi ortodok yang memaksa kehadiran ekonomi Islam.

Kemajuan yang berbeda

Kemajuan ekononomi Islam sudah ada sejak Rasulullah SAW memimpin umat Islam, demikian juga di masa khulafaurahidin. Di masa Abbasiyah puncak kejayaan Islam pada masa Umar bin Abdul Aziz atau Umar II (717-720). Di masa Umayah kejayaan berada pada masa Harun al Rasyid (786-809). Kemajuan pada periode pemerintah yang berbeda tersebut dibuktikan dengan ditemukan beberapa penemuan baru dibidang intelektual, budaya dan perdagangan yang dicapai di seluruh ranah Islam pada tahun 800 hingga 1600. Kemajuan Islam mengubah kota Damaskus, Baghdad , Kairo, dan Kordoba menjadi kota utama pengetahuan dan perdagangan. [9]

Penemuan teknologi pada abad pertengahan karena kebutuhan umat, seperti ditemukan kompas, teropong, kertas dan lain sebagainya. Penemuan-penemuan ini dilandasi usaha untuk menjawab berbagai masalah yang masyarakat hadapi pada jamannya. Kompas ditemukan karena kebutuhan untuk menunjuk arah ketika umat Islam menyeberangi lautan untuk berniaga atau meluaskan wilayahnya. Teropong untuk melihat bulan untuk menentukan akhir bulan Ramadhan. Kertas ditemukan karena kebutuhan dalam pencatatan transaksi dalam perniagaan Demikian juga ditemukannya alat-alat modern yang lain disebabkan oleh usaha untuk untuk mendapatkan solusi dari banyaknya masalah-masalah kehidupan yang umat Islam alami pada jamannya.

Demikian pula tumbuhnya pemikiran ekonomi pada masa Rasulullah SAW, khulafaurahidin, masa kekhalifaha sebagai upaya menjawab persoalan-persoan ekonomi yang ada di jamannya. Kecenderungan ada pengaruh latar-belakang kehidupan dalam teori-teori ekonomi pada ekonom Muslim nampak dari karya-karya yang di kemukakan. Pengaruh tersebut berupa pengaruh pemikiran, pengaruh geografi, dan pengaruh jabatan/pekerjaan menjadi bagian penting dalam merumuskan pemikiran-pemikiran ekonomi yang mereka pahami.[10]

Berbagai pemikiran ekonomi dan penemuan teknologi oleh umat Islam terutama pada abad pertengahan bukan dikarenakan ekonomi ortodok, yang menimbulkan sikap untuk menyaingi dan mengungguli ekonomi ortodok yang memang belum ada pada masa itu. Kemajuan Islam dengan ditemukan pemikiran dan teknologi pada abad pertengahan dikarenakan kebutuhan masyarakat akan perlunya teknologi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tumbuhnya ekonomi Islam bukan karena adanya ekonomi ortodok tetapi karena kebutuhan umat manusia.

Makna istilah yang berbeda

Islam memiliki definisi, makna dan ukuran yang berbeda dengan ekonomi ortodok Islamisasi bisa dilakukan bila umat Islam melepaskan diri berbagai unsur selain yang berhubungan dengan Islam. Islamisasi di lakukan dalam usaha menemukan kembali definisi, makan dan ukuran sesuatu unsur, komponen, obyek menurut Islam Oleh karenanya Islamisasi menurut Naquib (1978) adalah liberation of man first from magical, mythological, animistic, national-cultural tradition (opposed to Islam), and then from secular control over his reason and language. [11] Dengan bahasa lain Islamisasi adalah usaha untuk melepaskan dari berbagai pemahaman manusia yang didasarkan interpretasi ideologi sekular; dan dari makna dan ekspresi sekuler. [12]

Istilah-istilah ekonomi dalam ekonomi Islam memiliki definisi, makna, dan ukuran berbeda dengan ekonomi ortodok. Selama istilah-istilah ekonomi Islam dan ekonomi ortodok definisi, makna dan ukurannya sama maka syarat untuk melakukan Islamisasi dalam bidang ekonomi menemui kegagalan. Ekonomi ortodok menguasai ekonomi dunia, maka istilah-itilah ekonomi termanipulasi oleh pemaknaan ekonomi ortodok yang cenderung mengandung sifat rasionalis, individualis dan keseimbangan. Selama pengunaan istilah ekonomi dikuasai peristilahan ekonomi ortodok maka logika ekonomi Islam akan dikuasai oleh ekonomi ortodok.

Walaupun belum tentu istilah ekonomi dalam ekonomi Islam dan ekonomi ortodok berbeda namun harus dimaklumi bahwa ada berbedaan definis, makna, dan ukuran pasti ada. Seperti makna dalam istilah kemajuan, kesejahteraan, pertumbuhan, pengangguran, kemiskinan, bahkan tidak menutup kemungkinan istilah-istilah yang berkaitan masih dipengaruhi mengunakan definisi, makna dan ukuran ekonomi ortodok. Bila istilah ekonomi yang di gunakan ekonomi Islam sama dengan ekonomi ortodok makna ekonomi Islam bukan hanya secara filosofi ekonomi Islam sulit dibedakan dengan ekonomi ortodok tetapi juga secara teknis.

Akhir kata, ekonomi Islam dan ekonomi konvensional tidak bisa dibandingkan karena berbedaan sumber hukum, sejarah, kemajuan dan istilah. Usaha membandingkan sama maknanya mempersamakan keduanya objek yang jelas dalam posisi yang berbeda. Tidak mungkin membandingkan dengan objektif sesuatu yang sudah jelas berbeda. Artinya objektifitas tidak akan kita dapatkan dalam membandingkan ekonomi Islam dengan ekonomi ortodok karena kita membandingkan dua objek yang jelas tidak sama.

SUMBER :